Percobaan 4
Penentuan Besi dengan Metode Kolorimetri
I. Pembahasan
Senyawa koordinasi/senyawa kompleks adalah senyawa yang terbentuk melalui ikatan koordinasi, yakni ikatan kovalen koordinasi antara ion/atom pusat dengan ligan (gugus pelindung). Disebut juga sebagai senyawa kompleks karena sulit dipahami pada awal penemuannya. Ikatan kovalen koordinasi yang terjadi merupakan ikatan kovalen (terdapat pasangan elektron yang digunakan bersama) di mana pasangan elektron yang digunakan bersama berasal dari salah satu atom. Ikatan koordinasi bisa terdapat pada kation atau anion senyawa tersebut. Ion/atom pusat merupakan ion/atom bagian dari senyawa koordinasi yang berada di pusat (bagian tengah) sebagai penerima pasangan electron sehingga dapat di sebut sebagai asam Lewis, umumnya berupa logam (terutama logam-logam transisi). Sedangkan ligan atau gugus pelindung merupakan atom/ion bagian dari senyawa koordinasi yang berada di bagian luar sebagai pemberi pasangan elektron sehingga dapat disebut sebagai basa Lewis (Chang,2003).
Aplikasi senyawa koordinasi banyak di jumpai antara lain dalam
kehidupan rumah tangga, industry, dan obat-obatan sebagai agen pengompleks yang
tergantung kemampuannnya melarutkan secara selektif ion-ion metal atau mengikat
atau memisahkan nya dari larutan. Ion-ion dari logam kalsium, magnesium, dan
besi dapat dipisahkan dari air sdah (hard water0 oleh agen-agen pengompleks.
Agen ini dipakai sebagai builder dalam detergen, membantu fungsi detergen
dengan memisahkan ion-ion dalam airsadah, menaikan kebasaan, menghilang kan
kotoran mencegah pengendapab ulang (sugiyarto,2011)
Banyak kompleks logam transisi memiliki warna yang khas. Hal
ini berarti ada absorpsi di daerah sinar tampak dari elektron yang dieksitasi
oleh cahaya tampak dari tingkat energi orbital molekul kompleks yang diisi
elektron ke tingkat energi yang kosong. warna itu muncul akibat interaksi optis
(pemompaan optis/cahaya) ligan dengan atom pusat setelah dalam bentuk senyawa
kompleksnya. Unsure transisi semunya logam, kebanyakan berupa logam keras yang
menghantar panas dan listrik yang baik. Mereka membentuk bnayak senyawa
berwarna dan paramagnetic, karena kulit-kulitnya yang tersisi sebagian (Wilkinson, 1989)
Warna itu biasanya disebabkan oleh pembentukan suatu senyawa berwarna senyawa kompleks dengan ditambahkannya reagensia yang tepat atau warna itu dapat melekat dalam penyusun yang diinginkan itu sendiri. intensitas warna kemudian dapat dibandingkan dengan yang di peroleh dengan menangani kuantitas yang di ketahui dari zat itu debgan cara sama (Basset,1994)
Zat warna tersendiri mempunyai
khusus dalam mewarnai jaringan, sesuai sifat sifat nya. Kadang-kadang dua maca
m zat warna yang mempunyai sifat yang sama, memberikan kemampuan yang berbeda
dalam mewarnai suatu macam jaringan. (suntoro,1983)
Teori medan Kristal disingkat CFT
adalah sebuah model yang menjelaskan struktur elektronik dari senyawa logam
transisi yang sebagai kompleks koordinasi. CFT memjelaskan beberapa sifat”
magnetic, warna entalpi hidrasi dan struktur spinel senyawa komplek dari logam
transisi
Warna – warna yang terlihat pada
kebanyakan senyawa koordinasi dapat di jelaskan dengan teoro medan Kristal.
Perbedaan energy antara atom yang beradadalam keadaan dasar dengan yang dalam
keadaan tereksitasi dama dengan energy foton yang di serap dan berbanding
terbalik dengan gelombang cahaya.
Kolorimetri adalah suatu metoda analisis kimia yang didasarkan pada tercapainya kesamaan warna antara larutan sampel dan larutan standar, dengan menggunakan sumber cahaya polikromatis dengan detektor mata. (Vogel, 1994)
Pada percobaan penetuan besi
dengan metode kolorimetri, kita mengamati perubahan warna pada larutan standar
Fe3+ dan membandingakan larutan tersebut menggunakan media mata. Kita dapat
mengamati warna larutan tersebut karena adanya perubahan warna pada saat
penambahan KSCN 10% yang warna awal larutan tidak berwarna atau bening menjadi
merah darah dan pada perubahan warna mengalami perbedaan Karena dipengaruhi
penambahan larutan standar Fe3+ 10ppm yang berbeda sehingga mempengaruhi warna.
Ion Besi (III) Fe3+ dapat
membentuk larutan berwarna merah darah dengan ion tiosianat, dimana Fe3+
bertindak sebagai ion pusat sedangkan ion tiosianat ssebagai ligan.
Reaksi yang terjadi sebagai berikut:
Fe3+ + SCN- ---> [FeSCN]2+
Pada percobaan ini kita akan menentukan
konsetrasi besi (III) pada sampel suplemen zat besi yang beredar dipasaran.
Suplemen zat besi biasanya mengandung zat besi sebagai besi (II) dari besi (II)
sulfat atau besi (II) glukonat yang tidak membentuk senyawa komplek berwarna
dengan ion tiosianat. Oleh karena itu untuk mendapatkan ion besi (III) sampel
harus dioksidasi terlebih dahullu dengan menggunakn kalium permanganate.
Pada percobaan ini yang kita dilakuakan
adalah membuat larutan standar dengan berbagai seri dan membuat larutan sampel.
Kemudian larutan sampel dibandingkan dengan larutan standar sebagai berbagai
seri tersebut. Dengan membandingkan intensitas warna dari larutan sampel dengan
warna seri larutan standar Fe3+ maka dapat ditentukan konsentrasi dari larutan
sampel. Dari hasil percobaan didapat data :
Larutan Fe3+ 10ppm
|
Larutan KCNS 10% (mL)
|
Konsentrasi larutan
standar seri Fe3+
|
Keterangan
|
1
|
5
|
0,4 ppm
|
Merah darah teranng
encer
|
2
|
5
|
0,8 ppm
|
Merah darah terang
|
4
|
5
|
1,6 ppm
|
Merah darah gelap
|
6
|
5
|
2,4 ppm
|
Merah darah sedikit gelap
|
8
|
5
|
3,2 ppm
|
Merah darah sedikit
pekat
|
10
|
5
|
4 ppm
|
Merah darah semakin
pekat
|
12
|
5
|
4,8 ppm
|
Merah darah sangat
pekat
|
Sampel
250mg yang ditambahkan KmnO4 dengan pengenceran 3 kali didapat konsetrasi
20 ppm.
Dari hasil percobaan warna larutan sampel
sama dengan warna larutan standar Fe3+ dengan volume pengenceran 4mL. dari data
diatas, konsentrasi larutan sampel adalah 20ppm sedangkan konsetrasi larutan
standar Fe3+ 4mL adalah 1,6 ppm. Kesalahan ini terjadi
karena beberapa factor, diantaranya:
1. Volume larutan kurang tepat
2. Pembacaan tidak teliti
3. Ukuran labu (alat) tidak rata dan
seimbang
4. Kesalahan bahan, dimana sampel suplemen
zat besi di laboratorium sudah lama dan kadaluarsa
5. Masih terdapat ion pengotor
II. Kesimpulan
1. Prinsip analisa kolorimteri pada
penentuan besi, factor kuncinya dalah pembentukan senyawa berwarna dan
perbandingan warna antara larutan sampel dengan larutan standar
Kandungan
besi pada sampel suplemen zat besi adalah 20 ppm.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar