PERCOBAAN III
ANALISA ION BERDASARKAN REAKSI
PEMBENTUKAN KOMPLEK
I. PEMBAHASAN
Reaksi
pembentukan komplek adalah reaksi yang lazim digunakan dalam analisis
kualitatif anorganik. Yaitu suatu ion atau molekul komplek yang terdiri dari
satu atom pusat dan sejumlah ligan yang terikat erat dengan atom pusat
tersebut.dari reaksi kompleks inilah akan didapatkan suatu senyawa kompleks. Senyawa
komplek adalah senyawa yang terdiri atas atom pusat dan ligan sebagai gugus
pengeliling dengan tanpa ion penetral, sehingga membentuk suatu ikatan
koordinasi dengan atom donor dari ligan yang bersangkutan, oleh sebab itu
senyawa komplek sering disebut sebagai senyawa koordinasi (Kristian H,2012).Senyawa
koordinasi adalah senyawa yang mengandung satu atau lebih ion komplek dengan
sejumlah kecil molekul atau ion di seputar atom atau ion logam pusat, biasanya
dari keluarga logam transisi (Raymond,2005).
Bilangan koordinasi menunjukkan pada banyaknya pasangan elektron di sekeliling atom pusat, maka berlaku hukum tolak minimum antar pasangan-pasangan elektron.Teori yang mengatur hukum ini adalah teori Valence Shell Electron Pair Repulsion atau VSEPR. (Kristian H,2012)
Bilangan koordinasi menunjukkan pada banyaknya pasangan elektron di sekeliling atom pusat, maka berlaku hukum tolak minimum antar pasangan-pasangan elektron.Teori yang mengatur hukum ini adalah teori Valence Shell Electron Pair Repulsion atau VSEPR. (Kristian H,2012)
Ikatan
dalam senyawa kompleks menggunakan teori medan kristal, dimana teori ini
menjelaskan tentang ikatan dalam ion kompleks dari segi gaya elektrostatik.
Yaitu datangnya ligan ke logam mengakibatkan energi terbelah dalam lima orbital
d, pembelahan ini disebut dengan pembelahan medan kristal, tetapi tetap
bergantung pada sifat ligannya.
Senyawa
kompleks yang banyak ditemui adalah senyawa yang bersifat paramagnetik, yaitu
tertarik oleh medan magnetik; selain itu juga banyak yang bersifat diamagnetik,
yaitu tertolak oleh medan magnetik (Kristian H,2012). Sehingga dapat dikatakan
bahwa senyawa komplek mempunyai sifat magnetik.Dengan sifat kemagnetan tersebut
ditentukan oleh jumlah elektron tak berpasangan yang terdapat pada orbital d
dari ion logam penyusun senyawa magnetik.
Sifat
lain dari senyawa kompleks yaitu strukturnya yang dapat berupa monomer, dimer,
tetramer,polimer yang menunjukkan adanya kecenderungan terjadinya kesamaan
struktur antara senyawa kompleks. pembentukan kompleks juga dapat mengubah
sifat-sifat ion logam, seperti sifat reduksi atau sifat oksidasi. Tetapi satu
hal yang menarik bahwa struktur dari iom kompleks selalu membentuk kompleks
dengan posisi berdampingan.
Pada
paragraf awal disebutkan bahwa reaksi pembentukan komplek adalah reaksi yang
lazim digunakan dalam analisis kualitatif anorganik.Dalam analisis ini banyak
digunkan reaksi-reaksi pembentukan ion komplek. Penggunaan sifat senyawa
komplek ini dengan cara mencampurkan sampel yang akan diuji lalu ditambahkan
suatu reagen tertentu sehingga meghasilkan suatu senyawa komplek.
Prinsip
dari percobaan ini adalah adanya ikatan yang terjadi antara atom pusat dengan
ligan yang membentuk suatu kompleks.Pembentukan kompleks dalam analisis
kualitatif anorganik sering dipakai untuk identifikasi atau pemisahan.Salah
satu fenomena yang paling umum yaitu terdapatnya perubahan warna pada
larutan.Selain itu, ion kompleks juga terbentuk karena adanya kenaikan
kelarutan, sehingga banyak endapan yang melarut.
Fungsi
dari reaksi pembentukan komplek pada analisis kualitatif anorganik adalah untuk
uji spesifik atau uji khusus terhadap ion dan penutupan atau masking.Uji
spesifik dan penutupan ini merupakan salah satu kategori yang dibahas dalam percobaan
ini.
Percobaan
pertama yaitu uji spesifik terhadap kation dan anion. Pada uji spesifik kation
digunakan larutan Cu2+, Co2+, Ni2+ dan Zn2+
serta reagen yang digunakan adalah NH3. Sedangkan pada uji spesifik
anion digunakan larutan S2O32-, [Fe(CN)6]3-,
[Fe(CN)6]4-, SCN-, CH3COO-,
dan asam salisilat serta reagen yang digunakan adalah FeCl3.
Pada
uji kation Cu2+ yang ditambahkan NH3 dalam volume sedikit
(1 tetes) diperoleh perubahan warna dari biru muda menjadi biru sapphire serta
terbentuk endapan putih, dengan reaksi:
2 Cu2+ + SO42- + 2NH3 + 2H2O ---> Cu(OH)2.CuSO4(S) + 2NH4+ (Vogel, 1990)
2 Cu2+ + SO42- + 2NH3 + 2H2O ---> Cu(OH)2.CuSO4(S) + 2NH4+ (Vogel, 1990)
Kemudian dilakukan
penambahan NH3 dalam volume banyak (5 tetes), diperoleh perubahan
warna biru semakin pekat dan endapan berkurang, dengan reaksi:
Cu(OH)2.CuSO4
(S) + 8NH3 --->2[Cu(NH3)4]4+
+ SO42- + 2OH- (Vogel, 1990)
Pada
uji kation CO2+ yang ditambahkan NH3 dengan volume
sedikit (1 tetes) diperoleh perubahan warna dari merah muda menjadi bening dan
menghasilkan endapan berwarna hijau lumut, dengan reaksi:
Co2+
+ NH3 + H2O + NH32- ---> Co(OH)NO3(s) + NH4
(Vogel, 1990)
Kemudian dilakukan
penambahan NH3 dalam volume banyak (5 tetes), diperoleh perubahan
warna larutan menjadi berwarna coklat dan endapan berkurang, dengan reaksi:
Co(OH)NO3(S) + 6NH3 ---> [CO(NH3)6]2+
+ NO3- + OH- (Vogel, 1990)
Pada
uji kation Ni2+ yang ditambahkan NH3 dalam volume sedikit
(1 tetes) diperoleh perubahan warna dari hijau muda menjadi biru langit dan terbentuk
endapan, dengan reaksi:
Ni2+
+ 2NH3 + 2H2O ---> Ni(OH)2(S) + 2NH4+ (Vogel, 1990)
Kemudian dilakukan penambahan
NH3 dalam volume banyak (5 tetes), sehingga diperoleh dua lapisan
warna pada larutan yaitu warna ungu dan biru serta terdapat endapan putih,
dengan reaksi:
Ni(OH)2(s) + 6NH3 ---> [Ni(NH3)6]2+
+ 2OH- (Vogel, 1990)
Pada
uji kation Zn2+ yang ditambahkan NH3 dengan volume
sedikit (1 tetes) diperoleh warna larutan bening, dengan reaksi:
Zn2+
+ 2NH3 + 2H2O --->Zn(OH)2(s) + 2NH4+
(Vogel, 1990)
Kemudian dilakukan penambahan NH3
dengan volume banyak (5 tetes), sehingga diperoleh perubahan endapan berkurang
dan larutan tetap berwarna bening, dengan reaksi:
Zn(OH)2(s)
+ 4NH3 --->[Zn(NH3)4]2+ + 2OH- (Vogel, 1990)
Pada
uji anion S2O32- ditambahkan Fe3+
dalam volume sedikit (1 tetes), diperoleh warna larutan cokelat terang, tetapi
warna yang diperoleh tidak permanen sehingga warna kembali seperti semula,
dengan reaksi:
2S2O32-
+ Fe3+ ---> [Fe(S2O3)2]-
(Vogel,
1990)
Kemudian dilakukan
penambahan Fe3+ dalam volume banyak (5 tetes), diperoleh warna
larutan permanen cokelat muda, dengan reaksi:
[Fe(S2O3)2]-
+ Fe3+ ---> 2Fe3+ + S4O63- (Vogel,
1990)
Pada
uji anion [Fe(CN)6]3- yang ditambahkan Fe3+
dalam volume sedikit (1 tetes) diperoleh warna larutan biru dan terdapat
endapan berwarna biru, kemudian dilanjutkan dengan penambahan Fe3+
dalam volume banyak (5 tetes), sehingga diperoleh warna larutan biru pekat dan
endapan menghilang. Reaksi yang terjadi pada uji ini yaitu:
[Fe(CN)6]3-
+ Fe3+ ---> Fe[Fe(CN)6] (Vogel, 1990)
Pada
uji anion [Fe(CN)6]4- yang ditambahkan Fe3+
dalam jumlah sedikit (1 tetes) diperoleh warna larutan hijau. Kemudian
dilanjutkan dengan penambahan Fe3+ dalam volume banyak (5 tetes)
diperoleh warna larutan berwarna cokelat tua. Reaksi yang terjadi yaitu:
3[Fe(CN)6]4-
+ Fe3+ ---> Fe4[Fe(CN)6]3-
(Vogel, 1990)
Pada
uji anion SCN- yang ditambahkan Fe3+ dalam volume sedikit
(1 tetes) diperoleh warna larutan merah darah.Kemudian dilakukan penambahan Fe3+
dalam volume sedikit (5 tetes) diperoleh perubahan warna larutan menjadi merah
darah pekat. Reaksi yang terjadi yaitu:
3SCN-
+ Fe3+ <---> Fe(SCN)3 (Vogel, 1990)
Pada
uji anoin CH3COO- yang ditambahkan Fe3+ dalam
volume sedikit (1 tetes) diperoleh warna larutan kuning.Kemudian dilakukan
penambahan Fe3+ banyak (5 tetes) diperoleh warna larutan orange.
Reaksi yang terjadi:
6CH3COO-
+ 3Fe3+ + 2H2O --->
[Fe3(OH)2(CH3COO)6]- +2H+
(Vogel, 1990)
Pada
uji anion asam salisilat yang ditambahkan Fe3+ dalam volume sedikit
(1 tetes) diperoleh warna larutan ungu.Kemudian dilakukan penambahan Fe3+
dalam volume banyak (5 tetes) sehingga diperoleh warna larutan ungu pekat.
Reaksi yang terjadi:
C6H4(OH)COOH
+ FeCl3 ---> [Fe(C6H4(OH)COOH)3]-
+ 3HCl (Vogel, 1990)
Percobaan
yang kedua adalah penutupan atau masking. Fungsi dari penutupan ini untuk
mencegah gangguan yang muncul karena kehadiran ion lain dalam larutan, dimana
juga akan bereaksi dengan reagensia kation dan anion. Dalam percobaan ini
larutan yang digunakan ada dua macam, yaitu larutan kation dan anion.Larutan
kation yang digunakan adalah Cu2+ dan larutan anion yang digunakan
adalah asam salisilat. Dengan larutan penambahannya adalah Pb(NO3)2
dan HCl.
Pada
uji penutupan larutan anion asam salisilat yang ditambahkan Pb(NO3)2
dan HCl diperoleh larutan berwarna putih, dengan reaksi:
Pb2+
+ 2Cl----> PbCl2
(Vogel, 1990)
2C7H5O3H
+ PbCl2 ---> Pb(C7H5O3)2(S) +2HCl
Kemudian ditambahkan 5
tetes larutan FeCl3, sehingga didapatkan larutan ungu tua pekat,
dengan reaksi, yaitu:
Pb(C7H5O3)2(S)
+ FeCl3 ---> PbCl2 + Fe(C7H5O3)2
+ Cl- (Vogel, 1990)
Pada
uji penutupan larutan kation Cu2+ yang ditambahkan larutan Pb(NO3)2
dan larutan HCl diperoleh larutan menjadi keruh dan terdapat endapan. Reaksi
yang terjadi:
Pb2+
+ 2Cl- ---> PbCl2
(Vogel, 1990)
CuSO4
+ PbCl2 ---> PbSO4(S) + CuCl2
Kemudian ditambahkan NH3mengahasilkan
tiga lapisan, yaitu pada lapisan bawah terdapat endapan berwarna putih, pada
lapisan tengah terdapat larutan berwarna bening dan pada lapisan atas terdapat
larutan berwarna biru. Reaksi yang terjadi:
PbSO4 + 2NH3 --->
Pb(NH3)2 + SO42- (Vogel,
1990)
Senyawa
kompleks dapat digunakan untuk mendemonstrasikan berbagai sifat fisik maupun
kimia, seperti warna yang berkaitan dengan jenis logam, kelarutan dan juga
kesetimbangan ion dalam senyawa kompleks.Didasarkan pada warna, kelarutan atau
perubahan perilaku kimiawi dari ion logam dan ligan inilah yang membuat senyawa
tersebut membentuk senyawa kompleks.
Zat
pengompleks sering digunakan untuk melunakkan air sadah sebab ion-ion seperti
Ca2+, Mg2+,Fe2+ yang menjadikan air bersifat
sadah, juga dapat digunakan sebagai obat-obatan, pencelup kain dalam industry
tekstil pada tinta biru, blue jeans dan zat biru tertentu.
Senyawa
kompleks juga berperan dalam titrasi kompleksiometri.Salah satu bahan kompleks
yang digunakan adalah EDTA, dimana EDTA ini digunakan sebagai titran untuk ion
logam.EDTA berpotensi sebagai ligan seksidentat yang berkoordinasi dengan
sebuah ion logam melalui gugus duanitrogen dan empat karboksilnya (Underwood,
2002).
Salah
satu dari senyawa kompleks, juga berperan sebagai bahan pengkelat yang dapat
larut dalam air seperti EDTA yang menyediakan metode titrimetrik untuk ion
metal dalam media berair dan bisa jadi mempunyai kegunaan lain juga, misalnya
sebagai bahan masking, yaitu bahan yang menutupi ion logam dari reagen-reagen
lainnya, dimana interaksi diantara mereka tidak diharapkan. EDTA juga
ditambahkan pada saos selada, sebagai contoh, untuk menutp logam langka seperti
Fe3+, yang jika tidak akan mengkatalis oksidasi udara dari asam-asam
lemak atau ester menjadi produk-produk tidak sedap yang berbau busuk. Bahan
pengkelat lainnya yang tidak begitu larut dalam air, digunakan sebagai
pengendap untuk ion logam atau untuk mengekstrak metal menjadi pelarut organik (Underwood,
2002)
II.
Kesimpulan
Dalam
percobaan analisa ion berdasarkan reaksi pembentukan komplek dapat disimpulkan,
bahwa:
- Reaksi pembentukaan komplek adalah reaksi yang sering digunakan pada analisis anorganik kualitatif.
- Prinsip reaksi pembentukan komplek yaitu dengan uji spesifik
- Aplikasi atau fungsi pembentukan kompleks dalam analisis kualitatif anorganik untuk identifikasi atau pemisahan suatu senyawa dan untuk uji spesifik terhadap ion dan penutupan atau masking.
DAFTAR PUSTAKA
Istiningrum, Reni Banowati.2013. Panduan Praktikum Kimia Anorganik (II).
Yogyakarta: Program DIII
Analis Kimia FMIPA UII
Analis Kimia FMIPA UII
Underwood & Day.2002.Analisis Kimia Kuantitatif. Erlangga: Jakarta
Vogel.1990. Buku
Teks Analisis Kualitatif Makro dan Semimikro. PT.Kalman Media Pustaka:
Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar