Minggu, 16 Juni 2013

PERCOBAAN IV PENENTUAN BESI DENGAN METODE KOLORIMETRI

Percobaan 4 

Penentuan Besi dengan Metode Kolorimetri

I. Pembahasan 

Senyawa koordinasi/senyawa kompleks adalah senyawa yang terbentuk melalui ikatan koordinasi, yakni  ikatan kovalen koordinasi antara ion/atom pusat dengan ligan (gugus pelindung). Disebut juga sebagai senyawa kompleks karena sulit dipahami pada awal penemuannya. Ikatan kovalen koordinasi yang terjadi merupakan ikatan kovalen (terdapat pasangan elektron yang digunakan bersama) di mana pasangan elektron yang digunakan bersama berasal dari salah satu atom. Ikatan koordinasi bisa terdapat pada kation atau anion senyawa tersebut. Ion/atom pusat merupakan ion/atom bagian dari senyawa koordinasi yang berada di pusat (bagian tengah) sebagai penerima pasangan electron sehingga dapat di sebut sebagai asam Lewis, umumnya berupa logam (terutama logam-logam transisi). Sedangkan ligan atau gugus pelindung merupakan atom/ion bagian dari senyawa koordinasi yang berada di bagian luar sebagai pemberi pasangan elektron sehingga dapat disebut sebagai basa Lewis (Chang,2003).

Aplikasi senyawa koordinasi banyak di jumpai antara lain dalam kehidupan rumah tangga, industry, dan obat-obatan sebagai agen pengompleks yang tergantung kemampuannnya melarutkan secara selektif ion-ion metal atau mengikat atau memisahkan nya dari larutan. Ion-ion dari logam kalsium, magnesium, dan besi dapat dipisahkan dari air sdah (hard water0 oleh agen-agen pengompleks. Agen ini dipakai sebagai builder dalam detergen, membantu fungsi detergen dengan memisahkan ion-ion dalam airsadah, menaikan kebasaan, menghilang kan kotoran mencegah pengendapab ulang (sugiyarto,2011)

Banyak kompleks logam transisi memiliki warna yang khas. Hal ini berarti ada absorpsi di daerah sinar tampak dari elektron yang dieksitasi oleh cahaya tampak dari tingkat energi orbital molekul kompleks yang diisi elektron ke tingkat energi yang kosong. warna itu muncul akibat interaksi optis (pemompaan optis/cahaya) ligan dengan atom pusat setelah dalam bentuk senyawa kompleksnya. Unsure transisi semunya logam, kebanyakan berupa logam keras yang menghantar panas dan listrik yang baik. Mereka membentuk bnayak senyawa berwarna dan paramagnetic, karena kulit-kulitnya yang tersisi sebagian (Wilkinson, 1989)

Warna itu biasanya disebabkan oleh pembentukan suatu senyawa berwarna senyawa kompleks dengan ditambahkannya reagensia yang tepat atau warna itu dapat melekat dalam penyusun yang diinginkan itu sendiri. intensitas warna kemudian dapat dibandingkan dengan yang di peroleh dengan menangani kuantitas yang di ketahui dari zat itu debgan cara sama (Basset,1994)

Zat warna tersendiri mempunyai khusus dalam mewarnai jaringan, sesuai sifat sifat nya. Kadang-kadang dua maca m zat warna yang mempunyai sifat yang sama, memberikan kemampuan yang berbeda dalam mewarnai suatu macam jaringan.  (suntoro,1983) 

Teori medan Kristal disingkat CFT adalah sebuah model yang menjelaskan struktur elektronik dari senyawa logam transisi yang sebagai kompleks koordinasi. CFT memjelaskan beberapa sifat” magnetic, warna entalpi hidrasi dan struktur spinel senyawa komplek dari logam transisi
Warna – warna yang terlihat pada kebanyakan senyawa koordinasi dapat di jelaskan dengan teoro medan Kristal. Perbedaan energy antara atom yang beradadalam keadaan dasar dengan yang dalam keadaan tereksitasi dama dengan energy foton yang di serap dan berbanding terbalik dengan gelombang cahaya.

Kolorimetri adalah suatu metoda analisis kimia yang didasarkan pada tercapainya kesamaan warna antara larutan sampel dan larutan standar, dengan menggunakan sumber cahaya polikromatis dengan detektor mata. (Vogel, 1994)

Pada percobaan penetuan besi dengan metode kolorimetri, kita mengamati perubahan warna pada larutan standar Fe3+ dan membandingakan larutan tersebut menggunakan media mata. Kita dapat mengamati warna larutan tersebut karena adanya perubahan warna pada saat penambahan KSCN 10% yang warna awal larutan tidak berwarna atau bening menjadi merah darah dan pada perubahan warna mengalami perbedaan Karena dipengaruhi penambahan larutan standar Fe3+ 10ppm yang berbeda sehingga mempengaruhi warna.

Ion Besi (III) Fe3+ dapat membentuk larutan berwarna merah darah dengan ion tiosianat, dimana Fe3+ bertindak sebagai ion pusat sedangkan ion tiosianat ssebagai ligan.

Reaksi yang terjadi sebagai berikut:

Fe3+ + SCN- ---> [FeSCN]2+

Pada percobaan ini kita akan menentukan konsetrasi besi (III) pada sampel suplemen zat besi yang beredar dipasaran. Suplemen zat besi biasanya mengandung zat besi sebagai besi (II) dari besi (II) sulfat atau besi (II) glukonat yang tidak membentuk senyawa komplek berwarna dengan ion tiosianat. Oleh karena itu untuk mendapatkan ion besi (III) sampel harus dioksidasi terlebih dahullu dengan menggunakn kalium permanganate.

Pada percobaan ini yang kita dilakuakan adalah membuat larutan standar dengan berbagai seri dan membuat larutan sampel. Kemudian larutan sampel dibandingkan dengan larutan standar sebagai berbagai seri tersebut. Dengan membandingkan intensitas warna dari larutan sampel dengan warna seri larutan standar Fe3+ maka dapat ditentukan konsentrasi dari larutan sampel. Dari hasil percobaan didapat data :

Larutan Fe3+ 10ppm
Larutan KCNS 10% (mL)
Konsentrasi larutan standar seri Fe3+
Keterangan
1
5
0,4 ppm
Merah darah teranng encer
2
5
0,8 ppm
Merah darah terang
4
5
1,6 ppm
Merah darah gelap
6
5
2,4 ppm
Merah darah sedikit gelap
8
5
3,2 ppm
Merah darah sedikit pekat
10
5
4 ppm
Merah darah semakin pekat
12
5
4,8 ppm
Merah darah sangat pekat

Sampel 250mg yang ditambahkan KmnO4 dengan pengenceran 3 kali didapat konsetrasi 20 ppm.
           
          Dari hasil percobaan warna larutan sampel sama dengan warna larutan standar Fe3+ dengan volume pengenceran 4mL. dari data diatas, konsentrasi larutan sampel adalah 20ppm sedangkan konsetrasi larutan standar Fe3+ 4mL adalah 1,6 ppm. Kesalahan ini terjadi karena beberapa factor, diantaranya:
1.     Volume larutan kurang tepat
2.    Pembacaan tidak teliti
3.    Ukuran labu (alat) tidak rata dan seimbang
4.    Kesalahan bahan, dimana sampel suplemen zat besi di laboratorium sudah lama dan kadaluarsa
5.    Masih terdapat ion pengotor

II. Kesimpulan

1.     Prinsip analisa kolorimteri pada penentuan besi, factor kuncinya dalah pembentukan senyawa berwarna dan perbandingan warna antara larutan sampel dengan larutan standar
Kandungan besi pada sampel suplemen zat besi adalah 20 ppm.




 





Daftar pustaka 

Banowati Reni I,S.Si.2013. Panduan Praktikum Kimia Anorganik II. Yogyakarta:Universitas Islam Indonesia

Chang Raymond. 2003. Kimia Dasar Edisi ketiga. Jakarta:Erlangga


Svehla G. 1985. VOGEL. Jakarta : PT Kalman Media Pustaka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar